olahraga – Harapan Indonesia untuk membawa pulang trofi Piala AFF U-23 2025 pupus sudah. Dalam laga final yang berlangsung di Stadion Rajamangala, Bangkok, Minggu (5/10), Timnas U-23 Indonesia harus mengakui keunggulan Vietnam dengan skor tipis 1-2. Kekalahan ini membuat Vietnam kembali menguasai sepak bola kawasan Asia Tenggara, sementara Indonesia gagal mempertahankan momentum kebangkitan yang sempat terlihat sepanjang turnamen.
Sejak menit awal, laga berjalan dalam tempo tinggi. Tim asuhan Shin Tae-yong tampil menekan dan menguasai bola di babak pertama. Peluang emas datang di menit ke-14 melalui sundulan Rizky Ridho, namun bola masih melambung tipis di atas mistar gawang Vietnam. Publik Indonesia sempat bersorak di menit ke-29 ketika Marselino Ferdinan melepaskan tendangan jarak jauh yang menghujam sudut kiri gawang, membawa Garuda Muda unggul 1-0.
Namun, keunggulan itu tidak bertahan lama. Hanya lima menit berselang, Vietnam berhasil menyamakan kedudukan melalui aksi Nguyen Van Tung yang memanfaatkan kemelut di depan gawang setelah sepak pojok. Skor 1-1 bertahan hingga turun minum, meski Indonesia sempat beberapa kali mengancam lewat umpan terobosan cepat dari lini tengah.
- Babak Kedua Penuh Tekanan
Memasuki paruh kedua, Vietnam tampil lebih agresif dan disiplin. Mereka menekan sejak lini depan, membuat lini tengah Indonesia kesulitan mengembangkan permainan. Di menit ke-72, petaka datang ketika Tran Bao Toan mencetak gol kemenangan setelah menerima umpan silang dari sisi kanan. Upaya penyelamatan Aditya Nugraha tidak mampu menahan bola yang mengarah ke pojok atas gawang.
Pelatih Shin Tae-yong mencoba menambah daya gedor dengan memasukkan Ramadhan Sananta dan Ferdiansyah, namun pertahanan Vietnam terlalu rapat untuk ditembus. Hingga peluit panjang berbunyi, skor 1-2 tetap bertahan, memastikan Vietnam kembali menjadi juara Piala AFF U-23 untuk kali ketiga dalam sejarah mereka.
- Kekecewaan di Wajah Garuda Muda
Usai pertandingan, para pemain Indonesia tampak terpukul. Kapten tim Rizky Ridho bahkan sempat menitikkan air mata saat menerima medali perak. “Kami sudah berjuang maksimal. Vietnam bermain sangat solid, dan sedikit kesalahan kami langsung berakibat fatal,” ujarnya dengan nada berat.
Shin Tae-yong pun mengakui timnya kehilangan fokus di momen penting. “Anak-anak tampil bagus di babak pertama, tapi kehilangan konsentrasi di awal babak kedua. Kami belajar banyak dari laga ini,” katanya. Ia menegaskan bahwa hasil ini bukan akhir, melainkan bagian dari proses menuju kualifikasi Piala Asia U-23 tahun depan.
- Vietnam Tampilkan Ketangguhan dan Konsistensi
Bagi Vietnam, kemenangan ini menegaskan dominasi mereka di level Asia Tenggara. Pelatih Hoang Anh Tuan menyebut kemenangan ini adalah buah kerja keras jangka panjang federasi. “Kami tidak hanya mengejar hasil, tetapi juga kontinuitas. Ini generasi yang sudah ditempa sejak usia 15 tahun,” ucapnya.
Dalam turnamen ini, Vietnam tampil tak terkalahkan sejak fase grup, mencetak total 10 gol dan hanya kebobolan tiga kali. - Suporter Tetap Beri Dukungan Penuh
Meski kalah, dukungan dari ribuan suporter Indonesia yang memenuhi tribun Rajamangala tidak surut. Mereka tetap menyanyikan lagu “Garuda di Dadaku” setelah peluit akhir, memberi semangat kepada para pemain muda yang telah berjuang hingga final. “Kami tetap bangga. Mereka sudah melangkah jauh,” kata Andi Prasetyo, salah satu suporter asal Surabaya yang datang langsung ke Bangkok. - Langkah Selanjutnya Menuju Turnamen Lebih Besar
Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) memastikan akan melakukan evaluasi total. Ketua umum Erick Thohir menyampaikan apresiasi atas kerja keras tim. “Kita memang belum juara, tapi semangat dan kualitas anak-anak ini menunjukkan masa depan sepak bola Indonesia cerah,” ujarnya melalui pernyataan resmi.
Kekalahan ini menjadi pelajaran berharga bagi Timnas U-23 yang dalam dua tahun terakhir menunjukkan perkembangan signifikan di bawah Shin Tae-yong. Fokus kini akan diarahkan ke ajang SEA Games 2026 dan kualifikasi Piala Asia U-23, di mana target besar kembali dicanangkan.
Di tengah sorot lampu stadion yang mulai padam, semangat Garuda Muda belum redup. Kekalahan di Bangkok bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal dari babak baru — sebuah panggilan untuk bangkit dan membuktikan bahwa masa depan sepak bola Indonesia masih menyala terang.

