Olahraga Tradisional Kembali Menggeliat di Depok
Upaya melestarikan olahraga tradisional kembali mendapatkan ruang di Kota Depok. Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Kota Depok bersama Pelestari Olahraga Tradisional Indonesia (Portina) menggelar perlombaan olahraga tradisional yang melibatkan ratusan pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Kegiatan tersebut menjadi bagian dari rangkaian Festival Olahraga Masyarakat Kota Depok (Formakot) yang berlangsung di Depok Open Space (DOS), Minggu (16/11). Ajang ini tidak sekadar menghadirkan kompetisi, tetapi juga menjadi sarana edukasi budaya untuk memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada generasi muda.
Di tengah gempuran olahraga modern dan permainan digital, olahraga tradisional dinilai perlu terus dikenalkan agar tidak hilang dari ingatan masyarakat, khususnya anak-anak.
Hadangan dan Dagongan Jadi Sorotan Utama
Dalam perlombaan tersebut, dua jenis olahraga tradisional khas dipertandingkan, yakni Hadangan dan Dagongan. Kedua permainan ini dulunya sangat populer dimainkan di lingkungan kampung dan sekolah, namun kini mulai jarang dijumpai.
Ketua Portina Kota Depok, Irfan Januar, menjelaskan bahwa pengenalan kembali permainan tradisional harus dimulai sejak usia sekolah. Menurutnya, anak-anak SD dan SMP merupakan kelompok strategis untuk menjaga keberlanjutan warisan budaya tersebut.
“Kita harus mengenalkan kembali kepada anak SD dan SMP agar ke depan mereka tidak melupakan olahraga tradisional Kota Depok,” ujar Irfan.
Ia menilai, olahraga tradisional bukan hanya sarana hiburan, tetapi juga media pembentukan karakter yang sarat nilai kebersamaan, sportivitas, dan disiplin.
Makna Edukatif di Balik Permainan Tradisional
Hadangan merupakan permainan beregu yang menguji ketangkasan dan kecepatan pemain dalam menembus barisan lawan. Setiap tim harus menyusun strategi agar dapat melewati penjagaan lawan tanpa tersentuh. Permainan ini melatih refleks, kerja sama tim, serta kemampuan mengambil keputusan secara cepat.
Sementara itu, Dagongan dimainkan dengan menggunakan bambu lurus sebagai alat utama. Permainan ini sekilas mirip tarik tambang, namun menggunakan teknik dorong. Selain mengandalkan kekuatan fisik, Dagongan juga menuntut keseimbangan, kekompakan, dan koordinasi antarpemain.
Menurut Irfan, nilai-nilai tersebut sangat relevan dengan pembentukan karakter anak di masa sekarang. Olahraga tradisional mampu menjadi alternatif positif di tengah minimnya aktivitas fisik akibat gaya hidup modern.
Dari Ajang Kota Menuju Tingkat Provinsi
Perlombaan olahraga tradisional ini tidak berhenti di tingkat kota. Peserta yang berhasil meraih prestasi terbaik akan melaju mewakili Kota Depok ke tingkat Provinsi Jawa Barat pada Desember mendatang.
“Kami berharap adik-adik SD dan SMP dapat membawa tradisi orang Depok ini hingga dikenal secara lebih luas, bahkan secara nasional,” kata Irfan.
Ia menambahkan, keikutsertaan dalam ajang lanjutan tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasa bangga peserta terhadap budaya lokal, sekaligus menumbuhkan semangat untuk terus melestarikan olahraga tradisional di lingkungan masing-masing.
Formakot Jadi Wadah Olahraga Masyarakat
Bendahara KORMI Kota Depok, Nurlaela, menyampaikan apresiasi kepada Portina serta seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan perlombaan olahraga tradisional tersebut. Menurutnya, Formakot menjadi wadah penting bagi berbagai Induk Organisasi Olahraga Masyarakat (Inorga) untuk menampilkan aktivitas dan kreativitasnya.
Ia menjelaskan bahwa rangkaian Formakot 2025 telah berlangsung selama beberapa hari dan diselenggarakan secara bergiliran oleh Inorga di bawah naungan KORMI Kota Depok.
“Formakot bukan hanya tentang kompetisi, tetapi juga ajang memperkenalkan berbagai jenis olahraga masyarakat kepada publik, termasuk olahraga tradisional,” ujarnya.
Peran Generasi Muda dalam Pelestarian Budaya
Nurlaela menegaskan bahwa keberlangsungan olahraga tradisional sangat bergantung pada peran generasi muda. Tanpa adanya regenerasi, permainan tradisional berisiko hilang dan tergeser oleh budaya populer yang lebih instan.
“Olahraga tradisional Kota Depok harus dilestarikan. Kalau bukan generasi muda, siapa lagi?” tuturnya.
Ia juga mengingatkan agar anak-anak tidak hanya fokus pada olahraga modern atau permainan digital. Menurutnya, olahraga tradisional memiliki nilai unik yang tidak dimiliki oleh olahraga kekinian.
“Silakan mengikuti olahraga modern, tetapi olahraga tradisional juga harus dijaga dan dimainkan,” tambahnya.
Menanamkan Identitas Lokal Sejak Usia Dini
Melalui kegiatan ini, KORMI dan Portina Kota Depok berharap olahraga tradisional dapat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak-anak, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal mereka.
Olahraga tradisional dinilai mampu menanamkan identitas lokal, memperkuat rasa kebersamaan, serta membangun karakter positif sejak usia dini. Selain itu, aktivitas ini juga mendorong anak-anak untuk lebih aktif bergerak dan berinteraksi secara langsung, dibandingkan terpaku pada gawai.
Ke depan, KORMI dan Portina berkomitmen untuk terus menghadirkan kegiatan serupa agar olahraga tradisional tidak hanya menjadi bagian dari festival, tetapi juga hidup dan berkembang di tengah masyarakat.
Dengan dukungan berkelanjutan dari pemerintah daerah, sekolah, dan komunitas, olahraga tradisional di Kota Depok diharapkan mampu bertahan dan menjadi kebanggaan generasi mendatang.
Baca Juga : Gubernur Gorontalo Dorong Kormi Gelorakan Olahraga Rekreasi
Jangan Lewatkan Info Penting Dari : liburanyuk

