olahraga.online Upaya pembinaan olahraga di Provinsi Nusa Tenggara Timur memasuki babak baru melalui pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Desain Olahraga Daerah (DOD). Langkah ini dianggap sebagai momentum penting karena bertujuan merumuskan arah pembangunan olahraga yang lebih terarah, terukur, dan berbasis data. Pemerintah daerah menilai bahwa dunia olahraga membutuhkan fondasi kuat agar prestasi atlet dapat meningkat secara berkelanjutan.
FGD tersebut menghadirkan beragam pemangku kepentingan, baik dari unsur pemerintah, akademisi, hingga organisasi olahraga. Kolaborasi lintas lembaga ini menjadi kunci untuk menghasilkan desain olahraga yang komprehensif. Tidak hanya menyoroti persoalan teknis pembinaan, diskusi juga menyentuh aspek manajemen, pendanaan, fasilitas, serta pemetaan potensi olahraga unggulan di setiap wilayah.
Kegiatan FGD dibuka oleh Plt. Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi NTT, Dr. Alfonsus Theodorus, yang menegaskan bahwa penyusunan DOD merupakan instrumen penting untuk menciptakan arah pengembangan olahraga yang selaras dengan kebutuhan daerah. Menurutnya, NTT memiliki banyak potensi atletik dan cabor lainnya, namun belum dikelola secara sistematis. Melalui DOD, pemerintah ingin menciptakan peta jalan pembinaan yang lebih presisi dan berkesinambungan.
Selain pimpinan Dispora, hadir pula Sekretaris Dispora NTT, Karel Muskansn, para pejabat struktural, pengawas, pejabat fungsional, dan ASN Dispora. Tidak ketinggalan Ketua Panitia sekaligus analis kebijakan yang bertugas di bidang Prestasi Olahraga, Dudi Baranuri, yang memaparkan struktur penyusunan desain serta langkah-langkah teknis dalam implementasinya. Dengan hadirnya tim teknis, peserta FGD dapat memahami proses dan tujuan DOD secara lebih jelas.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Membangun Olahraga NTT
Selain unsur pemerintah provinsi, FGD juga dihadiri oleh akademisi dari berbagai perguruan tinggi, perwakilan Dispora kabupaten/kota, KONI di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, serta pengurus cabang olahraga. Komposisi peserta ini penting karena dinamika pembinaan tidak hanya terjadi di level provinsi, tetapi juga di daerah-daerah. Banyak atlet potensial justru lahir dari kabupaten yang memiliki keterbatasan fasilitas, sehingga pemetaan berbasis daerah menjadi sangat krusial.
Keterlibatan akademisi juga membawa perspektif ilmiah dalam menyusun desain olahraga. Pembinaan atlet modern tidak cukup mengandalkan intuisi atau pengalaman saja. Perlu analisis data, pemahaman fisiologi olahraga, psikologi atlet, hingga manajemen organisasi olahraga. Akademisi berperan menyeimbangkan diskusi antara kebutuhan praktis dan pendekatan berbasis riset.
Di sisi lain, KONI dan pengurus cabor hadir untuk memberikan masukan langsung dari lapangan. Mereka mengetahui tantangan yang dihadapi atlet dan pelatih sehari-hari, mulai dari minimnya sarana latihan hingga hambatan kompetisi. Suara mereka penting agar kebijakan yang dirumuskan tidak sekadar bersifat administratif, tetapi benar-benar menyentuh realitas pembinaan.
Menggali Potensi Olahraga Unggulan NTT
Salah satu agenda utama dalam FGD adalah mengidentifikasi potensi olahraga unggulan yang dapat dikembangkan menjadi fokus pembinaan jangka panjang. NTT selama ini dikenal memiliki bakat atletik yang kuat, terutama dalam lari jarak jauh, sepak bola, tinju, dan beladiri. Namun, tanpa perencanaan yang matang, potensi tersebut tidak dapat berkembang optimal.
Melalui DOD, daerah akan memiliki parameter jelas mengenai jenis olahraga yang bisa menjadi prioritas. Penentuan prioritas ini tidak hanya berdasarkan popularitas, tetapi juga pada data performa, kesiapan SDM pelatih, kualitas sarana latihan, dan peluang prestasi di tingkat nasional maupun internasional. Dengan demikian, pembangunan olahraga tidak lagi berjalan berdasarkan asumsi, tetapi berdasar kajian terstruktur.
Membangun Sistem Pembinaan dari Hulu ke Hilir
Pembinaan olahraga modern harus dilakukan melalui sistem yang lengkap, mulai dari pencarian bibit (talent scouting), pembinaan usia dini, pengembangan pelatihan spesifik, hingga pendampingan mental dan nutrisi. FGD ini membahas bagaimana sistem tersebut bisa diterapkan di NTT, yang memiliki karakter geografis unik dengan wilayah luas dan akses transportasi yang beragam.
Salah satu tantangan terbesar adalah pemerataan fasilitas olahraga. Banyak kabupaten/kota belum memiliki sarana latihan memadai. Karena itu, DOD diharapkan dapat membantu pemerintah memetakan kebutuhan fasilitas secara realistis dan strategis.
Selain itu, model kemitraan menjadi topik penting. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan dukungan swasta, sekolah, klub, serta komunitas olahraga untuk memperkuat ekosistem pembinaan. Tanpa kemitraan, pembinaan akan terhambat oleh keterbatasan anggaran.
Kesimpulan: DOD Menjadi Pondasi Masa Depan Olahraga NTT
Pelaksanaan Focus Group Discussion oleh Dispora NTT menjadi langkah besar dalam meletakkan pondasi pembinaan olahraga yang lebih terarah. Dengan melibatkan banyak pihak, DOD dapat menjadi dokumen strategis yang menjawab kebutuhan pembinaan jangka panjang. Jika dijalankan dengan konsisten, NTT tidak hanya mampu meningkatkan prestasi atlet, tetapi juga menciptakan ekosistem olahraga yang sehat dan berkelanjutan.

Cek Juga Artikel Dari Platform beritagram.web.id
